Mentari pagi mulai menyapa lagi...
Hal yang selalu menjadi rutinitas manusia setiap harinya.
Ya, disapa oleh matahari.
Matahari kembali datang seakan ia lupa bahwasanya kemarin
senja ia telah meninggalkan kita..
Tenggelam dan berhenti menyinari kita..
Namun sesering apapun matahari mengucapkan perpisahan kepada
kita, kita tidak akan marah karena kita tahu bahwa ia akan kembali. Itulah yang
dinamakan percaya, perasaan yang datang karena terbiasa.
Bagaimanapun juga, matahari tidak pernah benar-benar
meninggalkan kita.
Setelah ia mengucapkan perpisahan dengan cara yang indah,
dengan menghadirkan sunset di senja hari, ia tidak akan benar-benar pergi, ia
menyampaikan sinarnya kepada kita lewat sang bulan, seakan tidak ingin membiarkan
kita berada dalam kegelapan, sampai saatnya sang fajar membawanya kembali lagi.
Setidaknya, matahari itu bijak.
Ehm,
Oke yang dapat kita pelajari adalah, tidak selamanya
kepalsuan itu buruk.
Kepalsuan bahwa matahari menyinari, kenyataannya ia pasti terbenam.
Kepalsuan bahwa bulan juga menyinari, dan ternyata ia hanya
menyampaikan sinar dari matahari.
Toh intinya mereka hanya ingin membuat kita bahagia dengan
sinarnya...
Dengan caranya masing-masing...
Dunia memang akan selalu diselimuti kepalsuan.
Namun, itu bukan sesuatu yang buruk.
Mungkin
diantara lo yang sedang menelaah kata demi kata yang tertuang dalam tulisan ini
sedang membenci seseorang yang selama ini lo pandang sebagai orang yang baik, namun
belakangan ini lo sadar bahwa orang yang baik di mata lo itu punya sisi lain,
sisi yang gak lo sukai, entah lo masih bisa menerimanya, atau justru muncul
perasaan ilfeel di diri lo sehingga
kepalsuan yang ada pada sosok itu seakan telah menutupi atau bahkan
menghancurkan pandangan bahwa ia 'orang yang baik', sehingga akhirnya seiring
berjalannya waktu, lo meninggalkan dia.
Atau
justru ketika lo menerima kenyataan bahwa ia meninggalkan lo setelah ia
berkali-kali mengucapkan janji setia?
jelas, itu kepalsuan.
Mungkin
saja ia pergi karena ia merasa diri lo selama ini palsu? ia ilfeel dan sifat baik yang selama ini lo
bentuk seakan sudah tidak ada artinya lagi dimatanya. Mau bagaimana lagi coba?
Apa
kepalsuan itu buruk?
Sekali
lagi gua tegaskan, tidak semua kepalsuan itu buruk.
Semua
akan palsu dengan caranya masing-masing.
Kita
mulai dari hal kecil disekitar kita...
Awan
berwarna putih, terkadang abu, terkadang hitam pekat. Ia palsu dengan caranya.
Air
terlihat jernih, terkadang berwarna, atau bahkan terkadang ia fatamorgana kan?
Jelas, itu palsu.
Atau
angin. Angin terasa sejuk, ia tak terlihat, kadang ia tidak menyenangkan!
Menyakiti! Menghancurkan! Ia yang menciptakan badai yang merenggut banyak
nyawa! Jelas, ia sangat palsu.
Atau
api. Api membakar semua. Ia sangat dibenci. Namun ternyata ia akan dicari saat
manusia butuh sesuatu untuk menghangatkan diri atau memasak sesuatu.
Akan ada
kepalsuan disetiap kebaikan.
Dan selalu
ada kepalsuan disetiap hal buruk.
Mari
kita bicara tentang orang paling berjasa dalam kehidupan kita, Orang tua.
Mungkin
orang tua dari beberapa diatara kalian adalah orang tua yang mengatakan sedang
tidak punya uang ketika kalian meminta uang untuk sesuatu yang kalian inginkan.
Padahal mereka punya berkali-kali lipat yang yang kalian pinta. Mereka bukannya
tidak ingin anaknya bahagia, mungkin mereka hanya tidak ingin anaknya terbiasa
manja. Atau mereka tahu bahwa apa yang kalian minta itu sekedar menjadi sesuatu
yang kalian inginkan, bukan yang kalian butuhkan. Palsu? Iya!
Atau
ketika ada sepotong roti di meja? Mereka akan mengalah dan memaksa kalian untuk
memakannya. Meskipun ia sedang lapar. Palsu? Pasti!
Atau
apabila ketika sepulang dari bekerja seharian, disaat orang tua sedang
merasakan keletihan yang luar biasa, kalian menangis merengek-rengek meminta
diantarkan ke suatu tempat. Orang tua dengan tampak penuh semangat mengiyakan
ajakan lo! Meskipun ia tahu bahwa ia bisa mati karena kelelahan, ia akan
berusaha mati dengan tetap melihat anaknya tersenyum. Palsu?
Atau
ketika lo meminta dibelikan sesuatu. Dengan berat hati orang tua mengiyakan.
Sepulang ia bekerja, lo menunggu kepulangannya dengan perasaan bahagia di pintu
rumah. Dan ternyata setibanya dirumah, tidak ada sesuatu yang lo inginkan di
genggaman sang orang tua. Lo membencinya! Lalu ia berkata bahwa ia lupa. Dan sambil
tertawa kecil ia berkata lagi, 'Besok ya, pasti dibelikan.' Padahal ia tidak
lupa, ia tak memiliki uang cukup untuk membeli sesuatu yang lo inginkan itu.
Saat lo masuk kekamar dengan menangis sejadi-jadinya, ia meneteskan air mata
tipis yang seakan berbicara bahwa ia merasa telah gagal menjadi orang tua.
Keesokan
harinya sepulang ia bekerja, ia membelikan apa yang lo inginkan. Tentu saja
dengan pengorbanan yang ia lakukan, entah menjual barang berharga yang ia
miliki, atau bahkan berhutang kepada teman demi senyuman yang mengembang di
wajah anaknya. Lo tersenyum bahagia, orang tua tersenyum bahagia. Senyuman
palsu di sebuah keluarga.
Ternyata
orang tua itu palsu.
Dan
kepalsuan itu yang membuat lo akan mencintai ia selama-lamanya.
Oke
setelah ini palsu, itu palsu...
Sekarang..
Mari
menatap kaca...
Mungkin
sudah menjadi rahasia umum bahwa kelahiran lo adalah sesuatu yang sangat
membahagiakan bagi orang tua lo. Bagaimana tidak, 9 bulan dalam kandungan,
mereka setia menunggu untuk mendengar tangisan pertama lo. Dan ketika itu
terjadi, kebahagiaan mereka tak akan dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Mereka
merawat lo sehingga lo bisa melakukan banyak hal, seperti bicara, berjalan, dan
tertawa. Peluh keringat bertetesan tanpa henti menandakan perjuangan untuk
membesarkan lo. Menemani lo dalam kebahagiaan masa kecil, keindahan masa remaja,
sampai akhirnya lo tiba pada titik kedewasaan.
Dan
pada akhirnya setelah dewasa, kita akan meninggalkan orang tua. Setelah
memberikan kebahagiaan karena kehadiran kita di kehidupan mereka, akhirnya kita
pergi meninggalkan mereka. Setelah pada awalnya menciptakan senyuman karena
melengkapi kehidupan mereka, pada akhirnya kita hanya akan menciptakan air mata
dan menghadirkan kesepian lagi pada mereka.
Ya,
kita semua semua palsu.
Selamanya
kita akan selalu palsu.
Namun
kita harus selalu percaya, tidak semua kepalsuan itu buruk...
No comments:
Post a Comment