Tuesday, 16 June 2015

Matahari Itu Palsu



Mentari pagi mulai menyapa lagi...

Hal yang selalu menjadi rutinitas manusia setiap harinya. 
Ya, disapa oleh matahari.

Matahari kembali datang seakan ia lupa bahwasanya kemarin senja ia telah meninggalkan kita..
Tenggelam dan berhenti menyinari kita..

Namun sesering apapun matahari mengucapkan perpisahan kepada kita, kita tidak akan marah karena kita tahu bahwa ia akan kembali. Itulah yang dinamakan percaya, perasaan yang datang karena terbiasa.

Bagaimanapun juga, matahari tidak pernah benar-benar meninggalkan kita.

Setelah ia mengucapkan perpisahan dengan cara yang indah, dengan menghadirkan sunset di senja hari, ia tidak akan benar-benar pergi, ia menyampaikan sinarnya kepada kita lewat sang bulan, seakan tidak ingin membiarkan kita berada dalam kegelapan, sampai saatnya sang fajar membawanya kembali lagi. Setidaknya, matahari itu bijak.

Ehm, 

Oke yang dapat kita pelajari adalah, tidak selamanya kepalsuan itu buruk.

Kepalsuan bahwa matahari menyinari, kenyataannya ia pasti terbenam.
Kepalsuan bahwa bulan juga menyinari, dan ternyata ia hanya menyampaikan sinar dari matahari.

Toh intinya mereka hanya ingin membuat kita bahagia dengan sinarnya...
 
Dengan caranya masing-masing...

Dunia memang akan selalu diselimuti kepalsuan.

Namun, itu bukan sesuatu yang buruk.

                Mungkin diantara lo yang sedang menelaah kata demi kata yang tertuang dalam tulisan ini sedang membenci seseorang yang selama ini lo pandang sebagai orang yang baik, namun belakangan ini lo sadar bahwa orang yang baik di mata lo itu punya sisi lain, sisi yang gak lo sukai, entah lo masih bisa menerimanya, atau justru muncul perasaan ilfeel di diri lo sehingga kepalsuan yang ada pada sosok itu seakan telah menutupi atau bahkan menghancurkan pandangan bahwa ia 'orang yang baik', sehingga akhirnya seiring berjalannya waktu, lo meninggalkan dia.

                Atau justru ketika lo menerima kenyataan bahwa ia meninggalkan lo setelah ia berkali-kali mengucapkan janji setia? jelas, itu kepalsuan.

                Mungkin saja ia pergi karena ia merasa diri lo selama ini palsu? ia ilfeel dan sifat baik yang selama ini lo bentuk seakan sudah tidak ada artinya lagi dimatanya. Mau bagaimana lagi coba?

                Apa kepalsuan itu buruk?

                Sekali lagi gua tegaskan, tidak semua kepalsuan itu buruk.

                Semua akan palsu dengan caranya masing-masing.

                Kita mulai dari hal kecil disekitar kita...

                Awan berwarna putih, terkadang abu, terkadang hitam pekat. Ia palsu dengan caranya.
                Air terlihat jernih, terkadang berwarna, atau bahkan terkadang ia fatamorgana kan? 
                Jelas, itu palsu.

                Atau angin. Angin terasa sejuk, ia tak terlihat, kadang ia tidak menyenangkan! Menyakiti! Menghancurkan! Ia yang menciptakan badai yang merenggut banyak nyawa! Jelas, ia sangat palsu.
                Atau api. Api membakar semua. Ia sangat dibenci. Namun ternyata ia akan dicari saat manusia butuh sesuatu untuk menghangatkan diri atau memasak sesuatu. 

                Akan ada kepalsuan disetiap kebaikan.
                Dan selalu ada kepalsuan disetiap hal buruk.

                Mari kita bicara tentang orang paling berjasa dalam kehidupan kita, Orang tua.

                Mungkin orang tua dari beberapa diatara kalian adalah orang tua yang mengatakan sedang tidak punya uang ketika kalian meminta uang untuk sesuatu yang kalian inginkan. Padahal mereka punya berkali-kali lipat yang yang kalian pinta. Mereka bukannya tidak ingin anaknya bahagia, mungkin mereka hanya tidak ingin anaknya terbiasa manja. Atau mereka tahu bahwa apa yang kalian minta itu sekedar menjadi sesuatu yang kalian inginkan, bukan yang kalian butuhkan. Palsu? Iya!

                Atau ketika ada sepotong roti di meja? Mereka akan mengalah dan memaksa kalian untuk memakannya. Meskipun ia sedang lapar. Palsu? Pasti!

                Atau apabila ketika sepulang dari bekerja seharian, disaat orang tua sedang merasakan keletihan yang luar biasa, kalian menangis merengek-rengek meminta diantarkan ke suatu tempat. Orang tua dengan tampak penuh semangat mengiyakan ajakan lo! Meskipun ia tahu bahwa ia bisa mati karena kelelahan, ia akan berusaha mati dengan tetap melihat anaknya tersenyum. Palsu?

                Atau ketika lo meminta dibelikan sesuatu. Dengan berat hati orang tua mengiyakan. Sepulang ia bekerja, lo menunggu kepulangannya dengan perasaan bahagia di pintu rumah. Dan ternyata setibanya dirumah, tidak ada sesuatu yang lo inginkan di genggaman sang orang tua. Lo membencinya! Lalu ia berkata bahwa ia lupa. Dan sambil tertawa kecil ia berkata lagi, 'Besok ya, pasti dibelikan.' Padahal ia tidak lupa, ia tak memiliki uang cukup untuk membeli sesuatu yang lo inginkan itu. Saat lo masuk kekamar dengan menangis sejadi-jadinya, ia meneteskan air mata tipis yang seakan berbicara bahwa ia merasa telah gagal menjadi orang tua.

                Keesokan harinya sepulang ia bekerja, ia membelikan apa yang lo inginkan. Tentu saja dengan pengorbanan yang ia lakukan, entah menjual barang berharga yang ia miliki, atau bahkan berhutang kepada teman demi senyuman yang mengembang di wajah anaknya. Lo tersenyum bahagia, orang tua tersenyum bahagia. Senyuman palsu di sebuah keluarga.

                Ternyata orang tua itu palsu.
                Dan kepalsuan itu yang membuat lo akan mencintai ia selama-lamanya.

                Oke setelah ini palsu, itu palsu...

                Sekarang..

                Mari menatap kaca...

                Mungkin sudah menjadi rahasia umum bahwa kelahiran lo adalah sesuatu yang sangat membahagiakan bagi orang tua lo. Bagaimana tidak, 9 bulan dalam kandungan, mereka setia menunggu untuk mendengar tangisan pertama lo. Dan ketika itu terjadi, kebahagiaan mereka tak akan dapat dilukiskan dengan kata-kata.

                Mereka merawat lo sehingga lo bisa melakukan banyak hal, seperti bicara, berjalan, dan tertawa. Peluh keringat bertetesan tanpa henti menandakan perjuangan untuk membesarkan lo. Menemani lo dalam kebahagiaan masa kecil, keindahan masa remaja, sampai akhirnya lo tiba pada titik kedewasaan.

                Dan pada akhirnya setelah dewasa, kita akan meninggalkan orang tua. Setelah memberikan kebahagiaan karena kehadiran kita di kehidupan mereka, akhirnya kita pergi meninggalkan mereka. Setelah pada awalnya menciptakan senyuman karena melengkapi kehidupan mereka, pada akhirnya kita hanya akan menciptakan air mata dan menghadirkan kesepian lagi pada mereka.

                Ya, kita semua semua palsu.
                Selamanya kita akan selalu palsu.
                Namun kita harus selalu percaya, tidak semua kepalsuan itu buruk...


               

No comments:

Post a Comment