Sunday, 7 June 2015

Pena Yang Bisa Menciptakan Tempat Yang Lebih Baik Dari Surga



Oke, selamat pagi buat kalian yang membaca ini dipagi hari...

Selamat siang buat kalian yang membaca ini disiang hari..

Atau.. 
Selamat menikmati buat kalian yang sedang membaca ini sepanjang hari. 
Kini gua tahu, lo adalah salah satu penganggguran yang gak ada kerjaan.

Ehm,

Gua nulis ini di kantor, di sudut sebuah ruangan yang terletak dilantai 3, disamping jendela yang memberi jalan pada sinar matahari untuk leluasa menyapa diri gua, menciptakan kenyamanan untuk menyampaikan keresahan gua pada kalian.

Setelah kalian membaca paragraf sebelumnya, kini kalian tahu kan kalau gua bukan bagian dari kalian? Para pengangguran yang gak ada kerjaan. 
Tapi dikantor ini gua gak bekerja, gua sekedar menjalankan pkl yang diwajibkan oleh kampus gua. 
Ya, disini gua hanya duduk didepan laptop tanpa ada pekerjaan yang harus gua lakukan. Ya, benar sekali, gua ini pengangguran yang sedang menyamar.

Oke kita mulai aja pembicaraan kita,

Kita hidup di jaman yang kacau, jaman dimana bangunan penjara telah berdiri kokoh di setiap kota. Ya, setiap kota punya penjara masing-masing.

Penjara adalah tempat untuk menghukum orang yang bersalah.
Setelah seseorang membuat kesalahan dan melalui beberapa tahapan, akhirnya orang itu dipenjarakan, berharap orang itu jera untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi, dan berfikir bahwa hukuman itu telah diukur setimpal dengan kesalahan yang orang itu perbuat.
 Ya, mau bagaimana lagi, itu memang sudah diatur oleh undang-undang di negeri ini.

Gua heran, sebenarnya ‘KESALAHAN’ itu apa sih?
Apa itu adalah kata yang dibuat untuk menjadi ‘Monster’ ketika kata ‘Kebenaran’ telah dianggap sebagai ‘Power Ranger’?
Ya, sepertinya memang begitu. Kalimat yang seharusnya mudah dipahami orang orang-orang yang memiliki  IQ melati, seperti kata idola gua, Sujiwo Tedjo.

Kalau kata Sheilla On 7, ‘Kenapa ada sang hitam, bila putih menyenangkan?’

Ya karena memang begitu aturannya, seperti halnya orang salah harus dihukum. Itu udah bulat.

Dunia akan sangat indah ketika keteraturan berjalan sempurna.
Ketika setiap orang tidak dengan mudah membuat kesalahan.
Ketika setiap mulut tidak mudah menciptakan ucapan yang bisa menyakiti insan lainnya.
Ketika seluruh jiwa dan raga berfungsi dengan semestinya, tak pernah disalah gunakan.
Mungkin ketika saat itu tiba, ‘Surga’ akan merasa iri pada ‘Dunia’.

Mungkin gua hanya sekedar berimajinasi untuk menciptakan tempat yang lebih indah dari Surga itu.
Dan mungkin Tuhan pun akan dilema memberikan mimpi itu untuk menghiasi tidur gua.

Oke, gua akan memulai imajinasi gua.
Dan untuk lo yang sedang membaca tulisan ini, gua harap lo gak dilema untuk membantu gua memulainya.
Gua cuma butuh 1 hal.
Mari kita mulai.

Hal itu adalah,

Begini, ada 2 cara yang gua ketahui. Yaitu, ‘MESIN’ dan ‘MANUAL’...

Dalam hal ini yang gua contohkan adalah untuk dalam konteks menulis, oke?  ‘MESIN’ seperti ‘Keyboard’ pada komputer. Dan ‘MANUAL’ seperti ‘Pena’. Oke? Paham?

Pilih yang kedua, yang manual, Pena!

Tanamkan pemikiran bahwa hidup lo seperti Pena!
 
Lo adalah Pena! Dan, lo, adalah, Pena!

Oke sekarang didepan lo ada sebuah kertas dan lo harus menorehkan tinta diatasnya. Menuliskan sesuatu untuk menyampaikan hal yang akan dibaca oleh orang lain.
Dan gua anggap diri gua adalah keyboard. Gua juga akan melakukan hal yang sama yang akan lo lakukan.

Oke, kita mulai...
...
...
...
Gua memulai..
..
..
..
Lo memulai..
..
..
..
Gua Selesai..
..
..
..
Ehm,
..
..
..
Hoamm,
..
..
..
Lo belum selesai, gua masih ada waktu untuk mengedit tulisan gua agar tampak baik..
..
..
..
Lo masih belum selesai..
..
..
..
Huh..
..
..
..
AKHIRNYA LO SELESAI!

Oke pasti gua menang, dan lo pasti kalah jika tulisan kita sama baiknya...

Gua lebih hebat dari lo, pena?
Jawabannya enggak..
Gua mungkin lebih cepat dari lo..
Tapi.. Itu gak berarti gua lebih baik dari lo..

Jadi, yang mau gua sampaikan dari hal ini adalah..

Dalam menjalani kehidupan ini anggaplah diri lo sebagai Pena..
Pena yang selalu berfikir sebelum meletakkan tintanya..
Pena yang tidak gegabah untuk memulai sesuatu..

Tidak seperti Keyboard yang bisa langsung memulai dan leluasa mengedit di akhir tugasnya..

Pena tidak seperti itu, ia harus memikirkan letak sejak awal, banyak pertimbangan yang harus dipertimbangkan sebelum memulai, karena kesalahan akan merusak kertas yang ditulisinya.
Jadi, mulai sekarang lo harus menjalani kehidupan lo seperti halnya pena menjalani kehidupannya.
Baik dalam dunia sosial, dunia kerja, atau bahkan dunia percintaan, lo adalah pena yang berfikir sebelum membuat kesalahan.

Berfikir bahwa tidak belajar akan membuat nilai lo jelek..
Berfikir bahwa tidak ikut kegiatan sosial akan membuat lo dikucilkan..
Berfikir bahwa datang tidak tepat waktu di tempat kerja akan membuat lo ‘kecil’ dimata rekan kerja, bahkan atasan!
Berfikir bahwa, ketika lo ingin selingkuh, lo akan merusak hubungan lo dengan sang kekasih, menciptakan gejolak pada hati kecil lo sendiri sehingga akan mempengaruhi kehidupan lo secara keseluruhan.

Ya, berfikir untuk melakukan apa yang sebenarnya sudah baku aja, tanpa berniat untuk melakukan kesalahan. Karena sebenarnya kesalahan datang karena tidak berfikir panjang sebelum melakukan sesuatu, sesimpel itu saja.

Jangan seperti keyboard yang mudah memulai dan cepat selesai, namun diakhir, ia harus mengedit. Dalam kehidupan, kata ‘Mengedit’ gua samakan dengan memperbaiki diri. Perbaikan yang datang setelah menyesal.

Itu yang tidak dialami pena...

Karena sesuatu yang baik tidak butuh perbaikan..

Itu untuk pena yang sempurna..

Tapi seperti yang kita ketahui, masih banyak pena yang tetap harus berurusan dengan penghapus..

It’s Okay..

Itu wajar..

Tapi ingat, jangan terlalu banyak menghapus, karena terlalu banyak menghapus akan merusak kertas.
Begitu juga hidup, hati-hati diawal saja tidak cukup, jalani dengan benar, agar tidak merusak kehidupan.

Pada akhirnya yang mau gua sampaikan adalah...

Jadilah Pena yang sempurna...

Untuk menjadi pelopor menciptakan jaman yang baru..

...Jaman dimana ‘Dunia’ lebih baik dari ‘Surga’.


No comments:

Post a Comment