Dalam hidup ini, seberapa sering
kau merasakan jatuh cinta?
Apakah terlalu sering sehingga
lupa seberapa banyak perasaan yang telah kau tuangkan?
Atau hanya sesekali, sehingga
setiap sosok yang akhirnya pergi, sampai saat ini masih kau tangisi dan kau sesali?
Aku bukan orang yang mudah jatuh
cinta, meskipun sebagai lelaki, kekaguman akan dengan mudah muncul begitu
melihat sosok yang menarik. Itu naluri. Namun aku yakin jatuh cinta butuh lebih
dari sekedar naluri..
Seorang teman pernah bercerita
kepadaku bahwa ia memutuskan pacarnya, dalam hal ini keputusan bersama, namun
setelah putus mereka justru semakin dekat, bahkan merencanakan tanggal
pernikahan(Apa-apaan ini? Merencanakan pernikahan dengan mantan? Mereka
benar-benar gila).
Namun setelah aku mengetahui
alasan mereka memutuskan hubungan sebagai ‘Pacar’, akhirnya aku sadar, bahwa
ikatan cinta itu tidak bisa dilihat dari status, mereka memutuskan untuk lebih
dewasa dalam menjalin hubungan.
Dan kini, melihat mereka berhasil, aku
benar-benar mengapresiasi!
Bagaimanapun aku pernah terikat
sebuah hubungan pacaran selama 7 tahun(Halo? 7 tahun! Itu pacaran apa kredit
rumah?), kemudian aku berada diumur 21 tahun, aku berpikir, sudah bukan
waktunya untuk berpacaran lagi. Aku harus menyelesaikan kuliahku, novelku,
serta impian-impian besarku.
Kemudian aku memutuskan hubungan
dengan bijaksana..
Yang diikuti dengan pemblokiran
seluruh sosial media milikku, olehnya.. (Sial! Bijaksana macam apa ini!)
Akhirnya, putusnya hubungan itu
turut memutuskan tali silaturahmi kami. Benar-benar tidak dewasa.
Tapi aku mengerti,
Semakin lama hubungan tercipta,
semakin besar titik-titik patah hati yang ditimbun, dan begitu hubungan
berakhir, titik-titik tersebut telah berkumpul dan.. boom!
Patah hati itu telah siap
dituangkan..
Dalam bentuk sentimental maupun
emosional..
Sehingga menciptakan tangis
kehilangan, bahkan memunculkan amarah luar biasa sehingga tidak bisa mengontrol
diri..
Menjadikan sosok yang sempat
menjadi pelabuhan cintanya, akhirnya menjadi orang yang paling dibenci! Menjadi
musuh! Bahkan seperti kasusku ini, menjadi orang yang tidak dikenal lagi.
Tak apa, aku hanya bisa
memaklumi..
Dalam hal ini yang bisa aku
pelajari adalah semakin lama bertahannya status berpacaran, semakin besar
potensi kebencian yang muncul ketika status itu berakhir..
Meskipuuuuun.. sekali lagi, semua
juga tergantung pribadi masing-masing..
Aku hanya menarik kesimpulan
secara subjektif saja..
Benar-benar hanya itu keahlianku
hehe
Tapi bagi setiap orang yang siap
bersetuju denganku, kita akan melanjutkan..
Ada temanku lagi, orang yang
berbeda, seorang perempuan, mengatakan begini ‘Karena berteman lebih baik
dibandingkan berpacaran. Tidak perlu marah karena cemburu. Tidak perlu takut
esok akan kehilangan..’
Ya, memang kenyataannya, berteman
adalah cara terbaik untuk menghindari patah hati..
Tapi apakah mudah untuk menjaga
perasaan ketika berteman?
Membatasi hati dalam menyerukan
keinginannya, yang terkadang ingin lebih dari sekedar berteman, atau terkadang
hati jauh lebih siap mengambil resiko untuk kelak kehilangan dibandingkan
sekarang tidak bisa memiliki..
Terkadang hati ini memang egois..
Tapi pergejolakan yang ada
diantara kita dengan hati kita, jika kita berhasil memenangkan, hasilnya akan
mengagumkan! Sangat, sangat mengagumkan!
Atau ada seorang temanku lagi,
ya, aku ini memang punya banyak teman!
Temanku yang ini sedikit berbeda,
ia datang kerumahku dari jauh untuk berkonsultasi padaku tentang penulisan
novel.
Lalu aku bertanya, ‘Kudengar, kau akan menikah ya?
Dia menjawab dengan lantang, ‘satu
setengah tahun lagi!’
Satu hal yang aneh adalah, dia
baru saja memutuskan hubungan dengan pacarnya, dan saat ini ‘mantannya’ itu
sering bercerita sedang didekati banyak pria dari berbagai latar belakang yang
hebat kepadanya.
‘...’, aku hanya bisa diam, tak
tahu bagaimana harus menanggapi pola pikirnya.
Kemudian aku bertanya, ‘Kau
memutuskannya? Lalu satu setengah tahun lagi akan melamarnya?’
‘Ya!’
‘Seyakin itu?’
‘Entah kenapa, aku sangat yakin!
Sangat-sangat yakin!’
‘Baiklah..’, aku tersenyum.
Oh tuhan, selain keyakinan, aku
yakin tidak ada yang membuat seorang laki-laki rela melepaskan wanita yang
dicintainya untuk sementara waktu, melepaskannya bersama resiko yang bisa
membuatnya menyesal kelak.
Dan keyakinan adalah kekuatan terbesar dari sebuah
cinta..
Aku adalah orang yang akan
menghargai setiap ucapan yang muncul dari teman-temanku, setidak penting apapun
itu..
Sehingga kini, begitu mendapatkan
curahan hati dari ketiga orang yang berbeda, aku bisa mengambil keuntungan
untuk diriku sendiri..
Kelak aku akan jatuh cinta lagi..
Namun karena pengalaman temanku,
akhirnya aku mengambil keputusan untuk sok bijaksana..
Aku akan memilih untuk mencintai
dalam diam..
Menyembunyikannya dalam bentuk
kerja keras..
Bekerja keras untuk meningkatkan
kualitas diri, sampai aku pantas menjadi suami dari seseorang..
Karena sekarang aku sadar, status
itu tidak lebih dari formalitas yang tidak penting..
Seluruh dunia akan tahu bahwa
dari sekedar cara melempar senyuman saja, dua insan telah menjadi sepasang
kekasih, meski tanpa status..
Karena sebenarnya cara mencintai
hanya ada dua, yaitu menikahi, atau sekedar mengagumi..
Hanya itu..
Oleh karena itu, bersyukurlah
kalian wahai insan yang sedang sendiri..
Yang tidak berpacaran saat ini..
Karena kalian sedang berada
dijalan yang tepat!
Akhir kata..
Hubungan yang dewasa itu tidak
terikat oleh status, cukup terikat oleh perasaan saja..
No comments:
Post a Comment