Patah hati adalah rasa yang paling menyakiti,
Jika bahagia ibarat segelas susu,
Maka patah hati hanya diibaratkan sebagai sesendok garam,
Satu sendok yang akan merusak segala kenikmatan yang ada
dalam gelas tersebut,
Sesederhana itu,
Namun,
yang terpenting dalam tertuangnya sesendok garam pada
segelas susu adalah cara menghadapinya,
Ketika sesendok garam tersebut telah tertuang,
orang yang
segera mengaduknya akan merasakan rasa asin pada setiap tetes nya,
tanpa
terkecuali,
Berbeda dengan orang yang berfikir untuk tidak mengaduknya,
Meskipun ada bagian yang sangat asin,
namun masih banyak tetes yang dapat
dinikmati,
Patah hati juga begitu,
Jika seseorang menghadapi patah hati tanpa berpikir jernih,
Dia hanya akan merasa patah hati telah merusak seluruh
hidupnya,
Mungkin ia lupa,
Tuhan telah memberi anugerah terbesar pada manusia berupa
akal pikiran,
Akal pikiran yang akan menjadi tameng pada setiap serangan
rasa patah hati,
Berpikir untuk menelaah kehadiran patah hati,
Meletakkannya hanya pada suatu sisi kehidupan,
Tanpa gegabah untuk segera mengaduknya,
Sehingga patah hati hanya membuatnya sedikit merasakan rasa
sakit,
Namun masih banyak sisi kehidupan yang dapat dinikmati,
Sesederhana kalimat,
'Jangan mengaduk segelas susu yang dituangi sesendok garam'